Rahasia di Balik Kipas Angin Anggun
Pagi itu, udara di Kampung Cendol terasa lebih tenang dari biasanya. Tapi itu bukan karena angin bertiup lembut atau ayam-ayam malas berkokok—melainkan karena kipas angin buatan tahun 1982 milik Bu Wagini tiba-tiba berhenti berputar. Sontak, seisi kampung gempar. Namun yang lebih menggemparkan adalah kemunculan seorang wanita misterius di warung kopi Wak Darso. Ia muncul begitu saja, seperti mie instan yang hanya butuh tiga menit. Namanya: Nadia Sarasvati. Kulitnya putih bersih seperti kertas struk belanja yang belum sempat masuk dompet. Matanya tajam, bibirnya merah delima, dan rambutnya acak-acakan seperti habis debat sama kucing. Wak Darso ternganga. Saking kagetnya, ia menumpahkan kopi ke celananya sendiri. "Aduh, panas! Ini kopi atau lava Gunung Merapi?!" Nadia hanya tersenyum tipis, lalu berkata dengan suara yang dalam namun lembut, "Saya mencari seseorang... dan sebuah kipas angin." Warga Kampung Cendol pun langsung bergosip. "Jangan-j...