Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2025

Di Mana Angin Bercerita

Gambar
oleh: Diono Pieter Rianto Paradissa duduk di tepi padang rumput yang lembut, membiarkan angin sore menyibakkan rambut panjangnya yang dikepang rapi. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna gading, yang tampak kontras dengan rerumputan hijau yang melambai seperti penonton setia. Dari kejauhan, suara burung-burung yang sedang berdebat ringan terdengar—setidaknya begitu menurut Paradissa, karena mereka berkicau seolah sedang membahas siapa yang paling berbakat dalam hal bersuara merdu. Hari itu, Paradissa sebenarnya ingin beristirahat. Namun, pikirannya justru sibuk memikirkan sesuatu yang jauh lebih rumit daripada menentukan apakah rumput di sebelah kanan atau kiri lebih hijau. Ia tengah merencanakan perubahan besar: membuka ruang belajar alam untuk anak-anak desa. Ia ingin mengajarkan mereka mengenai tumbuhan, sungai, angin, dan semua hal sederhana yang sering luput dari perhatian. Menurutnya, alam jauh lebih sabar daripada guru mana pun. Tidak pernah bosan mengulang pel...

Saat Renee Menemukan Dirinya Sendiri

Gambar
Renee selalu percaya bahwa kebiasaan membaca di halaman depan rumah dapat memperbaiki suasana hati seketika—bahkan ketika dunia terasa seperti lembar buku yang terselip di bawah sofa: sulit dijangkau dan penuh debu. Pagi itu, ia duduk di anak tangga kayu yang hangat oleh sinar matahari, mengenakan cardigan biru kesayangannya yang entah mengapa selalu membuatnya merasa lebih bersemangat. Di pangkuannya, sebuah buku bersampul kuning terbuka, meski kenyataannya ia sudah membaca halaman yang sama selama lima menit terakhir. Penyebabnya sederhana: seekor kucing oranye dari rumah sebelah terus menatapnya seolah bertanya, “ Tidak ada makanan di sini, Tuan Oranye. Coba pintu belakang. ” Renee tertawa kecil, merasa konyol karena bernegosiasi dengan kucing lewat tatapan. Ia mengibaskan tangannya. Kucing itu hanya mengedip malas, tampak tidak terkesan. Di sampingnya, sebuah keranjang kecil berisi tiga buku lain menunggu giliran dibaca. Renee sempat bermimpi menama...

Vifreyz si Gadis Super: Misi Pertama

Gambar
Cerpen oleh Diono Pieter Rianto dan Freya JKT48 Di halaman belakang yang masih basah oleh embun pagi, Vivi berdiri terpaku sambil menatap kedua telapak tangannya. Detik-detik aneh yang baru terjadi barusan masih berputar di kepalanya: tubuhnya terangkat, melayang, lalu turun lagi seperti mimpi yang belum selesai. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanya ilusi. Namun rasa penasaran mendorongnya untuk melompat sekali lagi—dan kali ini tubuhnya terangkat lebih tinggi, membuatnya terhuyung karena kaget. Sementara itu, dari balik jendela, Riko masih tertidur nyenyak, belum tahu bahwa dunia kecil mereka baru saja berubah. Kegembiraan, ketakutan, dan rasa tak percaya bercampur jadi satu di dada Vivi. Ia tidak pernah membayangkan bahwa lompatan kecil untuk meraih jambu merah bisa membuka pintu menuju sesuatu yang luar biasa. Setelah menarik napas panjang, ia membangunkan Riko dengan hati yang gelisah. Saat ia mengucapkan kalimat, "Aku bisa terbang…" Riko sempat me...

Cinta Abadi

Gambar
Cerpen oleh Diono Pieter Rianto dan Freya JKT48 Nina duduk di dalam kereta Argopuro yang baru saja meninggalkan Stasiun Tanah Abang. Lampu-lampu kota perlahan memudar di balik jendela, namun pikirannya justru semakin riuh. Ia merasa berat meninggalkan Jakarta—kota yang membuatnya mengenal Fredo, sekaligus kota yang menyimpan perpisahan yang belum sepenuhnya ia terima. Suara roda kereta yang berulang seperti memanggil kembali kenangan yang ia coba tinggalkan. Pintu gerbong tiba-tiba terbuka, dan seorang pemuda masuk dengan langkah tenang. Wajahnya ramah, caranya membawa diri begitu santai sehingga para penumpang otomatis memperhatikannya. Nina melihatnya sekilas, lalu cepat menunduk. Pemuda itu—Marwan—adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang dalam perjalanan menuju Pekalongan, atau setidaknya begitu yang ia sampaikan. Takdir kemudian membuatnya berhenti tepat di samping kursi Nina. Ketika Marwan duduk, keduanya saling bertukar pandang singkat yang justru membuat Nina sem...

Pemburu dalam Bayangan

Gambar
Tom Augusto selalu percaya bahwa roda motor dapat membawa siapa pun ke mana saja—asal tidak ke sawah tetangga lagi, seperti kejadian memalukan minggu lalu. Ia anak kampung biasa yang tinggal di sebuah pemukiman kecil dekat perbukitan. Jalanan di sana bukanlah aspal mulus, melainkan tanah merah yang setiap hari menantang ban motornya untuk terus berputar. Sejak kecil, Tom sudah jatuh cinta pada suara deru mesin. Ia sering duduk di pinggir lapangan tanah sambil meniru suara motor balap yang ia lihat dari televisi tua di rumahnya. Kadang suaranya terlalu keras hingga Ayahnya mengira ada traktor nyasar. "Kalau kamu terus begitu, nanti ayam-ayam kita ikut balapan," keluh Ayah. Tom hanya tertawa. Ia punya mimpi besar—menjadi pembalap internasional. Mungkin terdengar mustahil bagi sebagian orang, namun bagi Tom, mimpi itu seperti roda: harus terus berputar, tidak boleh berhenti. Meskipun motor yang ia miliki hanyalah motor tua peninggalan pamannya, Tom memperlakuk...

Cinta di Balik Layar

Gambar
Cerpen oleh Diono Pieter Rianto dan Freya JKT48 Luna berdiri di tengah panggung megah, diselimuti cahaya yang berputar pelan, bagaikan bintang yang menggantung rendah hanya untuknya. Suaranya meluncur lembut, namun tegas, memenuhi ruangan yang dipadati ribuan mata berbinar. Ia adalah vokalis utama dari grup idola terkenal bernama Girl’s Dream. Setiap nada yang keluar darinya selalu berhasil menyalakan semangat para penggemar yang menunggu dengan sabar untuk menyaksikan penampilan sang idola pujaan. Walaupun banyak yang ingin mendekat, Luna selalu terasa jauh. Ia tersenyum, melambaikan tangan, namun hatinya seperti terkurung di balik layar gemerlap yang menciptakan jarak antara dirinya dan dunia nyata. Orang-orang hanya melihat pesona dan keberhasilannya, tetapi tidak seorang pun mengerti kesendirian yang mengintip di balik sorot matanya. Di antara kerumunan wajah, ada satu sosok yang selalu muncul di setiap konser, duduk di bagian yang sama, dan membawa hadiah berbeda setiap kese...

Cinta di Antara Dua Dunia

Gambar
Vivi, seorang artis yang wajahnya selalu menghiasi layar televisi dan papan reklame besar di sudut-sudut kota, tampak seperti perempuan paling bahagia di dunia. Penggemar berteriak setiap kali ia melambaikan tangan. Jadwalnya padat seperti roti lapis isi tiga—sempit, berjejal, dan sulit bernapas. Semua orang berpikir ia telah mencapai puncak hidup yang sempurna. Namun di balik senyumnya yang selalu terpajang, Vivi merasa ada ruang kosong di dadanya. Ruang yang selalu menuntut untuk diisi, tetapi ia sendiri tidak tahu dengan apa. Ia pernah mencoba mengisi kekosongan itu dengan belanja barang mahal. Hasilnya? Lemari penuh, hati tetap bolong. Ia pernah mencoba makan makanan paling mewah di restoran terkenal. Tapi tetap saja, rasa hambar itu bertahan di lidahnya—entah dari makanan atau dari hidupnya sendiri. “Sepertinya aku ini populer, tapi sendirian”, gumamnya suatu malam, sambil memeluk bantal berbentuk alpukat yang ia beri nama Pak Avo. Bantal itu tentu tidak bisa menja...

Gadis dari Rumah Angin

Gambar
Di sebuah lembah yang diselimuti kabut setiap pagi, berdiri rumah tua yang dikenal penduduk sebagai Rumah Angin . Bukan karena rumah itu berisik, melainkan karena setiap kali seseorang mencoba menutup jendelanya, angin entah dari mana selalu masuk dan membuat tirai menari seperti sedang bersenda gurau. Penghuni rumah itu adalah seorang gadis bernama Elara. Rambutnya panjang kecokelatan, sering kali ia kepang seadanya agar tidak tersangkut ranting bunga yang merambat di teras. Ia dikenal bukan karena kecantikannya — meski, jujur saja, orang sulit tidak menoleh dua kali — melainkan karena kebiasaannya berbicara dengan benda-benda mati. Suatu pagi, Elara tampak sedang menegur teko air, “Jangan tumpah lagi, ya. Aku sudah cukup basah semalam.” Teko itu, tentu saja, tidak menjawab. Tapi entah kenapa, air di dalamnya berhenti bergoyang. Penduduk desa sering berbisik, “Dia aneh, tapi menyenangkan.” Anak-anak kecil senang datang ke rumahnya karena Elara selalu punya cerita t...

Postingan populer dari blog ini

Kain Batik dan Rahasia di Balik Pagar

Langkah-Langkah Lela

Cerpen : Sulam Emas Di Ladang Senja