Malam di Bawah Mendung
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pepohonan hijau dan sawah yang terbentang luas, hiduplah sebuah keluarga sederhana bernama Keluarga Cempaka. Cempaka, gadis berbahagia yang berusia sepuluh tahun, memiliki senyum ceria yang tak pernah pudar. Ibunya, Rani, seorang perempuan periang dan kreatif yang selalu memiliki ide-ide lucu untuk mengisi waktu bersama keluarga. Ayahnya, Ivan, seorang petani yang gigih, selalu berusaha menyediakan yang terbaik untuk keluarganya. Di sisi lain, kakek Mitro yang bijaksana dan nenek Suci yang humoris, menambah keceriaan malam mereka.
Pada suatu malam, setelah beberapa hari mendung tanpa henti, Cempaka dan keluarganya berkumpul di beranda belakang rumah. Suasana dingin menyelimuti, tetapi kehangatan api unggun yang menyala di tengah mereka membuat suasana menjadi akrab.
Cempaka: “Bu, kenapa cuaca bisa mendung terus ya? Apa langit marah sama kita?”
Rani: “Ah, Cempaka, langit tidak pernah marah. Mungkin langit hanya ingin memberikan kita sedikit waktu untuk bersama, mendengarkan cerita-cerita yang terlupakan.”
Ivan: (tertawa) “Oh, cerita apa lagi yang mau kami dengar, Rani? Cerita Keluarga Cempaka terbaru atau cerita masa lalu nenek?”
Suci, yang sudah siap dengan cangkir teh hangat di tangannya, menyahut dengan senyum lebar.
Suci: “Tentu saja cerita masa lalu! Dulu, ketika aku seusia Cempaka, kami juga pernah mengalami cuaca seperti ini. Ayo, mulai ceritakan, Mitro!”
Nenek Suci dengan semangat mulai bercerita tentang masa kecilnya.
Suci: “Waktu itu, saat aku masih kecil, mendung datang tanpa henti. Kami sekeluarga berkumpul di rumah kakek, karena kakekku bisa menjadikan situasi mendung menjadi seru!”
Nenek Suci bercerita tentang permainan kuno yang mereka lakukan saat mendung.
Suci: “Kami membuat sebuah kompetisi untuk mencari siapa yang bisa menjaga api unggun tetap menyala paling lama. Kami semua harus mengumpulkan kayu bakar dan menceritakan kisah yang paling menakutkan.”
Cempaka: “Kisah menakutkan? Apa yang kau ceritakan, Nek?”
Suci melanjutkan ceritanya, mengisahkan tentang ‘Poci si Hantu,’ sebuah cerita hantu yang membuat semua anak-anak ketakutan tetapi juga tertawa.
Saat cerita berlangsung, langit di luar mulai menggelap semakin mendalam. Tiba-tiba, suara petir menggelegar menerjang ketenangan malam.
Ivan: (memperhatikan langit) “Sepertinya badai datang, kita harus lebih hati-hati.”
Rani, merasakan ketegangan, mencoba mengalihkan perhatian semua orang.
Rani: “Mari kita lakukan kompetisi mencari kayu bakar, siapa yang berhasil membawa kayu paling besar, dapat hadiah spesial!”
Cempaka dan nenek Suci bersemangat, sementara Ivan dan Mitro berdebat tentang siapa yang lebih hebat dalam mencari kayu.
Di tengah kegembiraan, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari luar rumah. Semua terhenyak dan saling memandang.
Cempaka: “Apa itu? Apakah itu Poci si Hantu?”
Mereka semua terkesiap, dan Suci mencoba menenangkan Cempaka.
Suci: “Jangan khawatir, nak. Itu mungkin hanya suara angin. Mari kita periksa.”
Saat mereka keluar, ternyata suara itu berasal dari seekor kucing liar yang terjebak di antara pepohonan.
Ivan: “Ah, kucing ini pasti kelaparan. Ayo, kita bantu dia!”
Malam itu, bukan hanya tentang mendengarkan cerita, tetapi juga tentang saling membantu satu sama lain. Keluarga Cempaka mengumpulkan makanan dan membawa kucing yang kini mereka beri nama ‘Cemplon’ kembali ke rumah.
Cempaka: (tertawa) “Sekarang kita punya anggota keluarga baru!”
Saat mereka kembali ke beranda, api unggun kini membara lebih kuat. Suasana hangat kembali memenuhi hati mereka.
Setelah malam yang penuh kehangatan, keluarga Cempaka tidur nyenyak, dengan Cempaka bercita-cita membuat cerita baru untuk diceritakan di malam mendung selanjutnya. Tidak peduli seberapa mendungnya langit, mereka tahu bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam kebersamaan dan cinta keluarga.
Cempaka: “Nek, besok kita ceritakan kisah Cemplon! Aku yakin dia juga memiliki cerita yang menarik!”
Suci: “Cempaka, setiap makhluk memiliki cerita. Dan, kita hanya perlu mendengarkan.”
Malam itu berakhir dengan tawa dan mimpi indah, membawa harapan bahwa hari-hari mendatang akan selalu cerah bersama keluarga.
Komentar
Posting Komentar