Meja Makan yang Tidak Pernah Sepi
Setiap sore, ruang makan di rumah keluarga kecil itu selalu terdengar ramai, meskipun hanya diisi tiga orang: seorang ayah, seorang ibu, dan seorang anak laki-laki bernama Paradiso yang duduk paling gelisah. Di atas meja, makanan rumahan sederhana tersaji rapi: sup sayur, telur dadar, sambal yang katanya “ tidak terlalu pedas ,” namun entah bagaimana selalu membuat mata Paradiso berair seperti baru selesai menonton drama sedih. Ayahnya, seorang pria berkacamata yang tenang, selalu memulai makan dengan mengatakan, “ Makan pelan-pelan, nanti perut kaget. ” Tapi anehnya, beliau sendiri makan paling cepat. Ibu hanya tersenyum sambil mengingatkan, “ Itu kalimat untuk diri sendiri, sepertinya. ” Paradiso tertawa kecil, meski sebenarnya ia masih mencoba menenangkan lidahnya dari sambal yang katanya “ ramah anak .” Baginya, waktu makan malam bukan sekadar saat mengisi perut, melainkan saat paling hangat dalam sehari. Televisi di belakang mereka menyala pelan, menampilkan acara yang...