Legenda Donat Kentang
Di sebuah sore yang malas, ketika angin berhembus pelan dan daun-daun pohon jambu bergoyang seakan sedang menari, muncullah seorang perempuan muda dengan langkah yang penuh hati-hati. Ia mengenakan rok jingga bercorak sederhana dan atasan ungu yang tampak kontras, namun justru itulah yang membuatnya terlihat berbeda. Rambut cokelat bergelombangnya tergerai, dihiasi pita merah muda yang membingkai wajahnya.
Namanya Ratna. Setidaknya begitu ia memperkenalkan diri pada siapa pun yang bertanya, meski sebenarnya banyak orang lebih mengenalnya dengan sebutan "Gadis Rok Jingga". Julukan itu bukan tanpa alasan. Setiap kali ia berjalan melewati gang sempit, orang-orang selalu memperhatikan rok jingganya yang mencolok, seakan kain itu memiliki cerita sendiri.
Ratna bukan tipe orang yang suka menjadi pusat perhatian. Justru ia sering salah tingkah bila ada yang menatap terlalu lama. Namun, entah mengapa, ia selalu memilih rok itu. Mungkin karena ia merasa rok tersebut bisa menyimpan rahasia yang tidak dimengerti orang lain.
Sore itu, Ratna berdiri di depan rumah kayu tua yang sudah lama kosong. Matanya berbinar, seolah menemukan sesuatu yang sudah lama ia cari.
"Apa benar ini tempatnya?" gumamnya pelan.
Dan di situlah cerita sebenarnya dimulai.
---ooOoo---
Ratna berdiri di depan rumah kayu tua itu, mencoba membuka pintu yang sudah lama berdebu. Dengan penuh gaya ala pahlawan film, ia mendorongnya perlahan. Krekkk… suara pintu berderit panjang. Bukannya terdengar gagah, malah mirip suara sandal jepit putus di tengah jalan.
"Wah, horor-horor begini mah kalah sama suara rak dapur Bu Siti pas tengah malam," gumam Ratna sambil meringis.
Begitu pintu terbuka, seekor kucing hitam melompat keluar. Ratna sontak menjerit kecil. Tapi bukan karena takut—melainkan karena kucing itu berhasil mencuri ikat rambut cadangan yang menempel di pergelangan tangannya!
"Eh, dasar maling kucing! Itu bukan snack, woy!" Ratna berlari mengejar, tapi roknya malah nyangkut di pagar kawat. Ia meronta-ronta seperti ikan lele yang baru naik ke darat.
Seorang anak kecil yang kebetulan lewat, berhenti, lalu tertawa terpingkal-pingkal.
"Kak, kalau nyangkut begitu, bilang aja lagi cosplay jadi jemuran!" katanya sambil ngakak.
Ratna menunduk, wajahnya merah padam. "Dasar bocah… kalau aku jadi jemuran, minimal jemuran eksklusif, ya!"
Anak kecil itu semakin keras tertawa. Bahkan ayam tetangga pun ikut berkokok seolah menertawakan Ratna.
Dan itulah awalnya, rumah tua itu tidak lagi terasa menyeramkan… malah jadi arena komedi yang tak terduga.
---ooOoo---
Setelah drama jemuran selesai, Ratna akhirnya berhasil masuk ke rumah kayu tua itu. Suasananya agak redup, debu menempel di setiap sudut, dan jendela berderit seolah ikut menyambut tamu yang lama dinanti.
Di tengah ruangan, ada sebuah kursi goyang tua. Ratna melangkah pelan, menatap kursi itu dengan penuh rasa ingin tahu. Anehnya, tanpa ada angin, kursi itu bergerak sendiri, pelan sekali, krek… krek….
Ratna menelan ludah. "Waduh, jangan-jangan ini kursi bekas nenek-nenek yang hobi nonton sinetron sampai larut malam?" pikirnya.
Tiba-tiba terdengar suara plak! Ratna langsung melompat setengah meter. Rupanya, sebuah buku tua jatuh dari atas rak dan tepat mengenai kepala boneka ayam yang entah sejak kapan duduk di kursi goyang itu. Boneka ayam itu pun terpental. Ratna refleks menjerit, "Astaga! Kursi ini ternyata punya asisten pribadi!"
Ia mendekati kursi, mencoba duduk sebentar. Kursi itu memang goyang, tapi bunyinya bikin geli: kriiit… groook… kriiit…. Suara itu lebih mirip orang sedang berusaha membuka toples kerupuk yang keras kepala.
Ratna tertawa sendiri. "Kalau kursi ini bisa bicara, mungkin dia sudah protes: ‘Hei, berat badanmu tolong dikurangi, ya!’"
Namun, di balik tawa itu, Ratna merasa ada sesuatu yang aneh. Mengapa kursi itu bergerak sebelum ia duduk?
---ooOoo---
Ratna duduk di kursi goyang itu sambil memandang sekeliling. Tiba-tiba, terdengar suara lirih dari arah dapur.
"Eh… ehemm… siapa di situ?"
Ratna langsung tegang. Jantungnya berdetak cepat, tapi kemudian ia berpikir, "Ah, jangan-jangan ini cuma suara tikus lagi rapat koordinasi."
Dengan langkah pelan, ia mendekati dapur. Pintu dapurnya setengah terbuka. Ratna menyingkapnya perlahan. Suara itu terdengar lagi, tapi kali ini lebih jelas.
"Bisa tolong… gosok… punggung saya?"
Ratna hampir menjatuhkan roknya sendiri karena kaget. "Hah?! Apa-apaan?! Masa ada hantu minta dipijitin?!"
Ia memberanikan diri melongok ke dalam, ternyata… seekor burung beo tua terkurung dalam sangkar berkarat. Bulu-bulunya acak-acakan, tapi matanya berbinar nakal.
"Gosok punggung saya, gosok punggung saya!"
ulang burung itu.Ratna menepuk jidat. "Astaga, jadi dari tadi aku tegang setengah mati gara-gara burung cerewet ini?"
Burung beo itu malah menirukan suara derit kursi goyang. Kriiit… groook… kriiit…!
Ratna tertawa terpingkal-pingkal. "Ya ampun, burung ini bakat jadi komedian stand-up!"
Namun, di sela tawa itu, ia memperhatikan sesuatu: di bawah sangkar, ada sebuah kunci tua berdebu…
---ooOoo---
Ratna mengambil kunci berdebu itu dari bawah sangkar. Ia tiup pelan, whooosh, debunya malah beterbangan ke wajah sendiri. Ia bersin keras, "Hacciiihhh! Waduh, kalau ada lomba bersin paling merdu, aku sudah juara nasional!"
Burung beo menirukan bersinnya dengan versi lebih dramatis, "Haaaaaciiiiiihhh…!!" Ratna sampai tertawa sambil geleng-geleng kepala.
Dengan kunci di tangan, ia mulai mencari-cari benda apa yang bisa dibuka. Matanya tertumbuk pada sebuah lemari tua di pojok ruangan. Lemari itu tampak kokoh, tapi pintunya tertutup rapat seolah sengaja menyembunyikan sesuatu.
Ratna mencoba membuka paksa, tapi tidak berhasil. Ia memasukkan kunci tua itu, dan klik! pintu lemari langsung terbuka. Namun, yang keluar bukan cahaya misterius atau benda berharga, melainkan tumpukan baju jadul: celana cutbray, kemeja bunga-bunga, dan jaket jeans dengan bordiran naga di punggung.
Ratna menatapnya bingung. "Serius? Rahasia besar rumah ini ternyata koleksi fashion jadul?"
Ia mencoba memakai kemeja bunga-bunga itu. Begitu dipakai, Ratna langsung terlihat seperti penyanyi lawas yang sedang rekaman kaset pita. Burung beo pun bersuara lantang, "Halo, selamat datang di era 80-an!"
Ratna terbahak-bahak, tapi kemudian matanya menangkap sesuatu. Di balik tumpukan baju jadul itu, tersembunyi sebuah kotak kayu kecil yang terkunci rapat.
---ooOoo---
Ratna menatap kotak kayu kecil itu dengan serius. "Wah, ini pasti benda keramat. Jangan-jangan di dalamnya ada surat cinta dari zaman kerajaan?" pikirnya dengan gaya dramatis.
Ia mencoba membukanya, tapi kotak itu bandel sekali. Ditendang? Tidak bisa. Ditotok? Tidak mempan. Akhirnya, Ratna menaruhnya di lantai, lalu dengan gaya ala pendekar, ia berkata lantang, "Dengan jurus seribu jari, terbukalah!" Sambil pura-pura mengetuk kotak.
Anehnya, kotak itu benar-benar klik terbuka. Ratna melongo. "Hah?! Serius? Jadi selama ini jurus ngawur juga manjur?"
Di dalamnya, Ratna menemukan… setumpuk kertas lusuh. Ia mengambil satu dan membaca. Ternyata itu adalah resep rahasia donat kentang super empuk!
Ratna hampir jatuh terguling saking ngakaknya. "Astaga, jadi semua drama pintu berderit, kursi goyang horor, burung cerewet, sampai fashion jadul… ujung-ujungnya cuma resep donat kentang?"
Burung beo menirukan dengan suara lantang, "Donat! Donat! Jangan lupa gula halus!"
Ratna pun tertawa sambil menepuk jidat. "Ya sudah, daripada penasaran, besok aku coba bikin. Siapa tahu donatnya bisa bikin aku kaya raya!"
Ia melangkah keluar rumah tua itu sambil membawa kotak kayu, tertawa sendiri membayangkan masa depan yang penuh donat. Sementara kursi goyang di dalam rumah masih berderit pelan, seakan ikut mengucapkan selamat jalan.
Dan begitulah, kisah rumah tua berubah dari misteri menyeramkan… menjadi legenda donat kentang yang bikin semua orang penasaran.
---ooOoo---
Komentar
Posting Komentar